Kamis, 03 Januari 2013

Cinta yang tak menyatu




Aku bertemu dengannya tanpa syarat
Aku mengenalnya tanpa syarat
Dan aku berpisah dengannya juga tanpa syarat

Kisah ini dimulai dari awal aku masuk SMA, awal masuk SMA itu rasanya seperti sudah beranjak kemasa kedewasaan. Rasanya aku tidak mau menginjakkan kakiku di SMA ini karena aku tidak mau tua, aku tetap masih mau muda huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuL
Walau bagaimanapun yang aku katakan waktu tetaplah terus berjalan, aku tidak mungkin berjalan mundur dan melihat ke belakang, aku harus berjalan maju dan melihat masa depanku bagaimana.
Setelah dua minggu aku sekolah, banyak beribu surat dari kakak kelas datang kepadaku. Isinya semua pada minta kenalan, ya karena aku orangnya cuek aku acuhkan saja surat-surat yang datang padaku itu. Tetapi dari semua kakak kelas yang mengejarku hanya satu yang bertahan untuk mendapatkan ku, padahal ini orang udah aku tolak berkali-kali eh masih aja tetap ngotot untuk mendapatkan aku. Nyebelin banget tau gak sih, dalam hati aku berkata.
Sewaktu bel istirahat aku dan temanku makan dikantin, dan kakak kelas ini datang menghampiriku dan bertanya padaku
“kamu ini yang namanya bella ya?”
“iya, kamu siapa?”
“aku roni, kakak kelas yang ngirim banyak surat ke kamu itu”
“oh kakak kelas yang gak nyerah itu ya? Kok kamu gak nyerah juga sih kak, aku kan gak suka sama kamu sih. Lagi pula kayak aku doang cewek disekolah ini, masih banyak tau yang lebih cantik dari aku. Udah deh kak nyerah aja, aku juga gak suka tuh yang namanya pacar-pacaran, ntaran aja kalau mau pacaran sama aku kalau misalnya kamu tuh udah kerja”
“ih kamu bel, dewasa banget pemikirannya. Yauda deh kalau misalnya kamu gak mau jadi pacar aku, tapi setidaknya kita bisa bertemankan?”
“iiiiiiiiiiiiiiih kamu itu kak, aku itu gak mau! Kok masih tetap nyolot sih?”
Dan aku pun pergi meninggalkan Roni dan temanku yang lagi menyantap makanan dengan lahapnya. Ternyata Roni tidak tinggal diam, dia mengejarku dan menarik tanganku sambil berkata “oke kalau kamu gak mau kenal sama aku, tapi inget cewek kayak kamu itu masa SMA ini pasti jatuh hati sama cowok. Liat aja ntar mungkin bukan sekarang tapi nanti.  Aku akan buktikan kata-kata aku ini ke kamu” kemudian Roni melepaskan tanganku
Aku yang tidak percaya Roni berbicara seperti itu, hanya diam, diam, dan diam
Seorang temanku menugur dan menyadarkan ku dari diamnya aku
“heh bel, kenapa kok diam? Kamu sih sok jual mahal banget, untung ada cowok yang suka sama kamu malah kamunya gak mau. Ntar kamu kena karma loh”
“ah bising banget sih! Percaya amet sama yang gituan. Gak ada itu karma-karmaan, kamu ini kayak gak punya tuhan aja percaya sama yang gituan”
“terserah kamu aja deh bel. Keras kepala banget jadi orang”
Seiring dengan berjalannya waktu, aku pun beranjak ke kelas 3 SMA dan sewaktu kelas 3 SMA aku baru merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Dia anak baru pindahan dari Bandung, wajahnya itu lugu sekali dan pintar, aku suka banget sama cowok yang kayak gitu. Aku pun berusaha untuk mendekatinya dan menjadi yang terbaik baginya.
Sewaktu bel istirahat berbunyi aku datang menghampiri mejanya, aku duduk disebelahnya sambil melihat mukanya yang lugu itu, dan aku bertanya “ nama kamu siapa?”
“aku Dani”
“kamu dulu di Bandung sekolah dimana?”
“ SMA Negeri  1, maaf ya aku lagi lapar, jangan diganggu dulu”
“oh oke deh Dan, maaf udah ganggu kamu ya”
Baru kali ini aku melihat cowok secuek dia, selama ini banyak cowok-cowok yang mengejar-ngejarku dan tidak ada satu cowok pun yang berani cuek samaku. Tapi kenapa ini beda ya? Huuuuuuuuuuuuuu pusing banget deh, apa ini yang namanya karma ya? Yang kata Tani sewaktu aku kelas 1 dulu, jadi bingung kalau mikirinya-_-
Waktu pun berlalu dengan cepatnya, dan dengan berjalannya waktu, rasa ketertarikan ku terhadap Dani semakin lama semakin besar dan rasa itu sekarang sudah tumbuh menjadi cinta. Setiap saat aku ingin mengetahui bagaimana kabarnya, jika tidak bertemu aku ingin jumpa dengannya, dan aku sangat takut bila kehilangan dia. Namun aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaanku padanya, karena aku takut kalau cinta ku itu bertepuk sebelah tangan.
Waktu lulus-lulusan pun tiba, pada saat itu aku merasa sedih sekali karena selain berpisah dengan teman-teman yang sangat baik, aku juga harus berpisah sama Dani cowok yang aku suka. Ketika pengumuman siswa yang lulus, namaku tertera dan masuk ke fakultas hukum di UI dan dani masuk ke fakultas psikologi UNSYIAH. Begitu melihat pengumuman itu rasanya aku ingin teriak bahwa aku tidak ingin berpisah dengan Dani tetapi apalah daya ku, aku hanya bisa berharap dikemudian hari kami akan bertemu.
Sekarang aku sudah kuliah semester 3, tetapi bayangan Dani tetap aja ada didalam pikiranku, setiap saat aku selalu memikirkannya, memikirkan bagaimana keadaannya,dan rasa rindu setiap hari selalu melanda diriku.
Waktu pun semakin lama semakin berlalu, ketika ingin menuju semester 4 kampus ku mengadakan seminar bagi seluruh Universitas di Indonesia. Dalam seminar itu tidak sengaja sewaktu aku mengambil minum, aku melihat Dani dibagian kedokteran UI. Rasanya ingin sekali memeluknya dan berkata bahwa AKU CINTA KAMU, AKU RINDU KAMU, BAGAIMANA KEADAAN KAMU DISANA. Tapi aku takut untuk berkata itu.
Lalu ku beranikan diri untuk menegurnya, tetapi apa yang aku dapat? Sewaktu aku menyapanya, dia bersama seorang gadis yang merangkulnya dengan mesra, tanpa basa basi aku pun menegurnya dan ingin tau siapa gadis yang ada disebelahnya.
“Dani ya?”
“Bella?”
“iya Dan, wah ternyata kamu masih ingat ya sama aku”
“gak mungkin aku lupa dengan kamu”
“oh iya Bel, kenali ini Fiona dia ini yang dijodohkan samaku”
Tersentak hatiku sakit mendengar Dani ngomong seperti itu, tetapi agar tidak kelihatan bahwa aku sedih aku pun berusaha untuk menahan tangisan ku
“oh selamat ya Dan, aku kesana sebentar ya ingin ambil minum”
“iya Bel”
Hati ini rasanya benar-benar teriris mendengar kata-kata Dani tadi yang katanya bahwa dia telah dijodohkan sama perempuan itu.
Acara seminar pun selesai, aku pulang dengan hati yang sangat hancur. Dikamar aku menangis dan menangis, cowok yang selama ini aku tunggu-tunggu dan yang selama ini aku sayang ternyata dia telah memiliki jodohnya. Ternyata benar kata orang kalau kita sayang sama seseorang bukan berarti kita harus memilikinya tetapi kita harus melihatnya bahagia walau tak bersamanya.
Mulai dari hari itu aku sadar kalau karma itu ada, dan mendapatkan cinta itu mesti butuh pengorbanan walau akhirnya cinta itu tak pernah menyatu.
Semenjak pertemuan ku dengan Dani pada seminar itu, aku pun tidak mengetahui lagi bagaimana kabarnya dan dimana dia sekarang. Aku terpisah dengannya oleh jarak dan waktu.
Tetapi walaupun begitu dialah cinta pertamaku dan dia yang mengajarkanku bagaimana arti cinta sesungguhnya. Sampai mati pun Dani akan tetap ku ingat walau kami tidak pernah menyatu.

The end